RAHSA : Berdamailah dengan Rahsa Tunggal.


TOLAK kenaikan BBM !!!


Thursday 22 November 2007

Sebuah Renungan

Cak Nur, Paramadina dan Pencetakan

Kader Alternatif yang Berkarakter

Pengantar

Prof. Dr Nurcholis Madjid atau akrab dipanggil Cak Nur memiliki peranan penting dalam pembentukan wajah pergerakan kaum muda pada masanya, beliau menjadi tokoh pergerakan kaum muda intelektual dan juga massif. Cak Nur dengan ide-ide besarnya cukup menggoyangkan pemerintahan Suharto yang Otoriter dan militeristik, dengan ide-ide besar itu pula Cak Nur menjadi seorang tokoh yang cukup disegani, baik oleh kalangan pemerintah, pergerakan pemuda, maupun di dunia internasional. Meski demikian Cak Nur menyadari bahwa cukup silit untuk merubah budaya politik Indonesia yang cenderung pragmatis, oleh karena itu Cak Nur memberikan gagasan baru dalam proses pencetakan penerus bangsa, yakni dengan Paramadina (Civil Society, Masyarakat Madani). Dengan konsep tersebut Cak Nur memberikan Calon Pemimpin (sebagai Kader) Alternatif yang memiliki Kedalam iman, Kepekaan nurani, Kecakapan dalam Berkarya dan kemandirian jiwa. Dengan kelima karakter tersebut Cak Nur berharap semoga kader yang dikeluarkan oleh paramadina dapat menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa ini.

Sepanjang sejarah hidupnya Cak Nur mendedikasikan dirinya untuk kepentingan umat, dan manivestasi terbesar Cak Nur adalah Paramadina khususnya Universitas, yang beliau sendiri adalah pemimpinnya. Posisi tersbut beliau pilih tidak lain hanya untuk membuktikan keseriusan dan konsen beliau terhadap pembinaan kaum muda yang seterusnya akan meneruskan dan memimpin Bangsa ini kearah yang lebih baik.

Cak Nur dan Masyarakat Madani

Sepanjang sejarah hidupnya Cak Nur mendedikasikan diri untuk merancang Karakter bangsa Pemimpin Bangsa yang akan membawa Perubahan Bangsa Indonesia Kearah yang lebih baik, bahkan, Cak Nur Berasumsi bahwa jaman keemasan islam berikutnya akan dimotori oleh Islam Indonesia. Asumsi tersebut Cak Nur ungkapkan tetntunya dengan beberapa alasan; pertama Bahwa sejarah akan terus berulang dan islam pada abad ke-6 M sampai abad 12 M memegang kendali peradaban dunia. Kedua, Ummatan Wasatan, Caknur memahami monsep Ummatan Wasatan (umat yang ada dalam pertengahan) adalah Umat yang pada waktu mendatang akan dapat memimpin merubah peradaban dan memimpin peradaban dunia. Ketiga sebagai kelanjutan dari konsep Ummata Wasatan adalah Umat dimana proses demokrasi dan Pluralisme dapat diaplikasikan secara menyeluruh.

Demikianlah asumsi-asumsi dasar yang melatar belakangi cita-cita peradaban yang selama ini Cak Nur idam-idamkan. Akan tetapi apda kesempatan ini kita tidak akan membahas motif-motif yang melatarbelakangi cita-cita peradaban beliau akan tetapi kita akan banyak membahas mengenai konsep masyarakat madani yang beliau desain dengan warna Paramadina.

Paramadina dan proyek Manusia Baru

Paramadina secara terminologi berasal dari dua suku kata, parama berarti Kebijaksanaan, kedua dina berasal dari kata dien yang berarti tuntunan atau jalan petunjuk. Terminologi selanjutnya Paramadina Berasal dari kata para dan madina, para berarti sekumpulan orang, dan madina berasal dari kata madinah (negara madina yang durancang Nabi Muhammad), yang berarti modern, maju atau kota yang berperadaban modern dan maju. Dari kedua landasan tersebut maka Paramadina mempunyai 2 (dua) arti; Pertama, petunjuk, tuntunan atau agama kebijaksanaan dan, kedua, berarti sekumpulan orang (tempat orang-orang) yang mempunyai peradaban maju dan moderen. Oelh karena itu Paramadina baik dalam tataran institusi sosial (yayasan) dan Paramadina dalam tataran institusi pendidikan memiliki tujuan ; mencetak Manusia baru alternatif (sebagai pemimpin) yang memiliki kedalam iman, ketajaman nalar, kepekaan nurani, kecakapan dalam berkarya dan kemandirian jiwa.

Yang menjadi cita-cita besar Cak Nur dkk dengan Paramadinanya adalah mencetak kader pemimpin bangsa yang berkarakter, yang akan membawa masa depan bangsa indonesia menuju peradaban lebih maju. Maka salah satu cara untuk mewujudkan cita-cita tersebut adalah dengan pembentukan institusi pendidikan, dan tepatlah Cak Nur dkk mendirikan Universitas Paramadina sebagai laboratorium pengolahan kader yang diharapkan.

Universitas Patamadina selama menapaki umurnya yang ke-7 (tahun 2005) mengalami perkembangan yang pesat, tentunya dengan keberadaan orang-orang yang ada didalamnya, yang telah mendedikasikan dirinya demi perkembangan dan kualitas pendidikan didalamnya. Jadilah Universitas Paramadina mendapatkan nama besar yang cukup dipertimbangkan oleh berbagai kalangan, terutama oleh institusi pendiikan yang nota bene terhitung sudah lama berdiri. Nama besar Universitas Paramadina tidak pernah lepas dari nama almarhum Cak Nur, dan karena itu pula nama paramadina sampai saat ini memiliki gaung yang cukup dipertimbangkan, realitas tersebut -disepakati atau-pun tidak- pada dasarnya adalah nama besar Cak Nur, dan hal ini terjadi sampai sekarang tahun 2007, sedangkan Universitas Paramadina telah mengalami 3 kali pergantian kepemimpinan, dari Bp. Sudirman Said, Bp. Sohibul iman dan sekarang Bp. Anies Baswedan.

Memang, sangat sulit untuk merealisasikan ide-ide besar Cak Nur dkk, butuh penggalian dan perenungan yang cukup dalam, tentunya juga strategi-strategi “pembumian” ide-ide tersebut supaya tidak tetap “bercokol dimenara gading”. Buakn saatnya lagi kita meributkan atau mempermasalahkan ide-ide Ck Nur, karena sudah saatnyalah kita mengaplikasikan dan membumikannya, tapi bukan berarti kajian mengenai ide-ide Cak Nur dkk yang disebut sebagi Manivesto Paramadina tetap kita gali dan kita kaji secara mendalam, supaya kita tidak salah mentafsirkan mengenai apa yang menjadi cita-cita beliau.

Bersambung…………

No comments: