RAHSA : Berdamailah dengan Rahsa Tunggal.


TOLAK kenaikan BBM !!!


Monday 23 April 2007

Aku dan aku

ya, sampai saat ini aku baru menyadari bahwa aku memiliki beberapa unsur yang ada dalam diri dan ini menandakan bahwa manusia merupakan sesuatu yang unik. Manusia memiliki berbagai macam aspek yang menopang dan melengkapinya, aspek biologis sebagai unsur Material, unsur Psikologis dan spiritual sebagai Aspek Metafisis, dan itu membuktikan bahwa manusia mahluk multidimensi. Dengan jawaban diatas sedikitnya aku memahami siapa sebenarnya aku, aku yang harus berperan dan fleksibel dalam setiap situasi dan kondisi dimana aku berada.

Aku kembali tersadar untuk kembali pada pertanyaan apakah aku ?, aku mencoba memikirkan kembali tentang apa yang menjadi keresahan dan kegusaran dalam menjalani kehidupan ini. Aku kembali mencari sebuah referensi atas apa yang menjadi pertanyaanku karna aku fikir ketika aku melakukan sesuatu hal aku harus mempertanggungjawabkannya termasuk dam menjawab sebuah pertanyaan aku harus bernai mempertanggungjawabkannya dengan sebuah reverensi yang dianggap kavabel, karna aku anggap aku belum cukup kavabel dalam hal ini, jadi aku harus mencari sebuah referensi sebagai rujukan.
Yang absolut dan yang profan, itu kata yang menarik untuk menjadi rujukan dalam pertanyaan ini. Aku dan aku, berarti secara tidak langsung aku mempunyai dia arti aku dengan ”a” kecil dan Aku dengan ”A” besar. Aku dengan ”A” besar berarti aku yang absolut dan aku dengan ”a” kecil berarti aku yang profan. Apa maksud dari Aku absolut dan aku yang profan ?
Absolut berati sesuatu yang suci, tidak dapat disentuh, tidak bisa diotak-atik, dan tidak ada sesuatu yang dapat mengintervensi atas segala hal menyakkut dirinya singkatnya yng absolut adalah sebuah sistem yang ada pada sebuah perangkat. Adapun Profan adalah kebalikannya yakni, sesuatu yang dapat disentuh, tidak suci, dapat diganggu gugat, dapat diotak-atik dan dipoles singkatnya sebuah perangkat yang dapat diganti dan berudah tapi memiliki sebuah sistim yang tetap yakni Aku dengan ”A” besar.

Aku yang absolut dengan ”A” besar berarti Aku yang suci dan abadi, taktersentuh oleh apapun dan ini yang membuat aku bergerak dan berkehendak. Sedangkan Aku yang Profan dengan ”a” kecil berarti aku yang dapat berubah seiring berubahnya ruang dan waktu karna ini merupakan instumen tambahan yang membantu Aku absolut untuk dapat beraktualisasi dan bereksistensi. Jadi dapat di simpulkan Aku Absolut berarti Aku yang memiliki uansur metafisis dan aku Profan berarti aku yang material.

Kalau kita analisa dari awal bahwa manusia hidup didunia yang material (fisik), sehingga ketika manusia yang memiliki aspek metafisis harus diwadahi dengan sesuatu yang bersifat material dan itu adalah tubuh fisik karna tidak mungkin sesuatu yang metafisis dapat bersentuhan atau berhubungan langsung dengan unsur material dengan tanpa perantara atau media, jadi tubuh fisik manusia merupakan instumen yang memediasi hubungan manusia dengan dunia/alam. Jadi apa yang disebutkan palato sebagai dunia ide adalah diamana manusia berada sebagai jati dirinya yang absolut dan dunia material yang disebuatkan Decrates adalah aspek material dari segala sesuatu seperti halnya manusia yang memiliki tubuh fisik (jasad).

Sampai disini aku bisa mengeri bahwa manusia (Aku) memiliki aspek lain yang menjadikan bergerak dan berkehendak, memiliki keinginan, cita-cita dan lain sebaginya. Tapi kalau di fikir ulang lantas apa yang membedakan Aku dengan yang lainnya, dengan oreng disekitarku, dengan hewan, tumbuhan dan benda-benda yang lainnya? Karna kalau aku yang hanya memiliki aspek metafisis semua juga memiliki unsur metafisis (kalau memakai konsep Palato tentang dunia ide).
Komunikasi dan Bahasa
Selain menciptakan sebuah tatanan kehidupan dalam bermasyarakat manusia dengan akal fikirannya mampu menciptakan sebuah sarana untuk berinteraksi dengan sesamanya. Bahasa, dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Menurut Jurgen Habermas salah seorang filosof jerman mengatakan bahwa yang memediasi antara manusia dan sesamanya adalah dengan bahasa/komunikasi dan komunikasi menjadi salah satu instumen penting dalam berinteraksi dan sosialisasi dengan sesamanya.

Senada dengan Habermas salah seorang filosof muslim menjelaskan bahwa manusia adalah ”Hayawan an-Natiq” yakni Hewan yang berfikir dan berbicara, dan ia menegaskan bahwa akal fikiran yang kemudian menciptakan bahasa sebagai sarana interaksi manusia dengan sesamanya.

Memeng benar hewan juga berinteraksi dan berkomunikasi akan tetapi mereka tidak dapat menciptakan bahasa (simbol-simbol) sehingga mereka tidak dapat berkomunikasi secara efektif. Dan itu perbedaan yang cukup mendasar juga ketika manusia telah menciptakan bahasa yang bermacam dan beranekaragam, hewan dengan kodratnya tetap berkomunikasi sama seperti pertama mereka diciptakan.

Dengan sarana komunikasi tersebut (bahasa) manusia mampu berinteraksi dan beraktualisasi dengan baik. Beraktualisasi dan berinteraksi secara terorgnisir merupakan instrumen penting pula untuk membedakan manusia dengan hewan, tumbuhan dan yang lainnya, karena dengan organisasilah manusia dapat menciptakan sebauh tatanan kehidupan yang rapih, tujuan-tujuan, norma dan hukum-hukum. Hal tersebut diungkapkan salah seorang filosof sosialis yang bernama Karl Marx, dia menekankan dengan tegas bahwa manusia dengan akalnya mampu mengorganisir semua bentuk aktualisasi dan interaksi dengan sesamanya untuk mendapat semua yang menjadi tujuannya dan itu yang disebut Mark sebagai Produksi.

Aktualisasi dan Afektifitas
Bergerak/ bereaktualisasi merupakan salah satu dari sekian sifat dasariah manusia, dengan sifat dasariah tersebut manusia -dengan kemampuan berbahasanya- mampu menciptakan simbol-simbol (nama-nama) pada wujud atau eksistensi lain yang ada disekelilingnya. Dalam proses interaksinya dengan wujud lain manusia mampu memperoleh pengetahuan yang kemudian masuk dan menginternalisasi pada diri subjek untuk menuju kesempurnaan eksistensinya (benda-benda dapat dimanifestasikan dan orang-orang dapt dikenal). Pengetahuan tidakakan tercapai ketika subjek tidak membuka diri untuk berinteraksi dengan objeknya (alam atau wujud materil yang ada), maka yang akan terjadi adalah hanya sebuah pantulan-pantulan cermin alam/dunia.

Tidak hanya dengan pengetahuan manusia dapat dibedakan dari hewan, tumbuhan dan benda-benda mati lainnya, manusia dan hewan memiliki kelebihan yang akhirnya dapat membedakan diri secara rill dengan tumbuh-tumbuhan atau benda-benda yang tidak bergerak lainnya, dialah afektivitas sebuah kegiatan merespon sesuatu yang ada di lingkungan atau disekelilingnya, dan dengan afektivitas pula hewan dan manusia “berada” secara aktif dalam dunia dan berpartisipasi dengan segala bentuk kejadian atau fenomena yang ada[1].

Perbuatan atau kegiatan afektif harus dipahami sebagai segala pergerakan atau kegiatan batin yang ditarik oleh objek (menolak atau mendekatinya). Perbuatan afektif sedikit mirip dengan perbuatan mengenal karena mengenal juga merupakan sebuah tindakan vital/imanen, dalam hal ini subjek menjadi aktor utama dalam memberikan sebuah respon atau menerimanya. Perbuatan afektif juga dapat dikatakan berbuatan intensional dimana si subjek membuka dirinya dan dihubingkan dengan objek[2].

Afektifitas bias dipula dikatakan pokok pangkal dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia, baiak bemberi sebuah petanda, nama atau yang lainnya termasuk berbicara. Dengan adanya afektivitas manusia dapat menggerakan semua organ tubuh termasuk hatinya untuk melakukan sebuah tindakan, sebagai contoh ketika kita tertarik akan sesuatu hal maka dengan bekal pengetahuan dan afektivitas manusia akan mencoba membuat sebuah tindakan, ketika ketertarikan tersebut akan bembahayakan dirinya maka dia akan menjauh dan ketika ketertarikan itu membuat dirinya nyaman maka diakan akan terus mendekat dan terus berinteraksi dengannya. Demikian pula ketika kita berbicara, dengan afektivitas kita akan membuat sebuah gerakan (baik mimik wajah, tekanan dan gerakan tubuh lainnya) yang akan mengekspresikan pengetahuan atau keinginan kita, dan biasanya kita akan berbicara pada sesuatu (orang) yang membuat kita tertarik, cocok atau merasa nyaman. Dengan afektivitas kita didorong untuk melakukan sesuatu hal (respon), baik mengikatkan diri dari sesuatu, melepaskan diri, mendekatkan diri, atau melakukan sebuah tindakan aktif seperti menyerang, membela diri, bertempur dan sebagainya.

Adapun kondisi-kondisi Afektivitas manusia ketika dia mengalami suasana afektif adalah; Disposisi Afektif Dasariah. Dari sedut pandang ini afektifitas dipandang dari dua segi/sudut dasariah atau berputar pada dua kutub bertentangan. Berawal dari sebuah respon terhadap sesuatu maka subjek (manusia) akan mencoba mendekati sesuatu, ketika hal tersebut dianggap baik olehnya dan dia akan menjauhinya ketia itu dianggap jelek, jahat atau sesuatu yang akan merintanginya. Secara sepintas kedua afektivitas tersebut terkesan sebagi afektivitas dasar, padahal kalau kita perhatikan, katakanlah kegiatan mendekati, menyukai adadah mencintai dan menjauhi sesuatu, merintangi adalah membenci, maka akan menjadi jelas bahwa cinta-lah sebagai kegiatan afektif dasariah karena ketika sesuatu dipandang akan menjauhkan atau merintangi maka sebenarnya hal tersebut adalah sebuah penghalang bagi sesuatu yang kita cintai (menggapai, mendekati atau memilikinya). Jadi pada hakikatnya cita merupakan berada atau asal mula dari seluruh hidup/kegiatan afektif, sekurang-kurangnya cinta akan diri sendiri.
Sikap-sikap. Berangkat dari hal pertama diatas (cinta dan benci) akan melahirkan sebuah Anggapan atau kecenderungan dan Maksud dari si subjek dalam berhubungan dengan objeknya. Ketika subjek menganggap objeknya jahat (berdasar karna jahat bukan sifat dasar afektif) maka akan melahirkan satu konsekuensi yakni, kebencian yang merakibat menjauhi atau malah melawan, menyarang atau menghilangkannya. Berbeda halnya dengan cinta sebagi sifat dasar afektif, dia akan menimbulkan 2 konsekuensi (sikap) yakni mendekati, memiliki dan interaksi kemudian ketika objek tersebut dianggap jahat atau buruk dia akan tetap berusaha untuk mendekati atau berinteraksi karena nilai, manfaat, keuntungan (yang ada pada objek) baik bagi untuk umum atau pribadi. Dalam kasus membenci, menjauhi atau menghilangkan berlaku sikap cinta diri sendiri (cinta utilitaris) dan pada kasus yang yang kedua yakni mendekati karena ada sebab –nilai, manfaat serta lainnya- disebut cinta kebaikan hati, tanpa pamrih (amour de bienveillance, amour desintresse, amour oblatife). Secara singkat dapat dikatakan cinta Utilitaris bersifat bermanfaat atau mementingkan diri sendiri/egois sedangkan cinta tanpa pamrih si objek akan tetap melakukan yang terbaik demi keutuhan nilai itu sendiri atau manfaat khalayak (apresiasi).

Penetuan sikap afektif subjek oleh objek. Subjek dalam merespon objeknya menampilkan sebuah suasana yang disebut perasaan, perasaan merupakan disposisi afektif yang stabil yang tidak mengganggu keseimbangan psikologis subjek. Yang menjadi permasalahan disini adalah emosi, emosi merupakan kegiatan afektif yang mendadak dan kuat, yang disertai dengan gangguan organik (penyulut) dan dapat mengubah kelakuan subjek secara drastis. Emosi dapat menjadi sumber kekuatan, ketegasan, inisiatif kreativitas pada diri subjek ketika subjek dapat menguasai perasaannya, dilain pihak emosi juga dapat menjadi sumber bencana, memalukan dan merugikan ketika perasaan tersebut tidak dapat dikendalikan yang akhirnya membabi buta hal ini dapat diantisipasi dengan pengetahuan atau penguasaan diri (akal sehat).
Penguasaan subjek terhadap objek. Masih dalam kerangka cinta dan benci (beserta rekan-rekannya atau sesuatu yang mendekati), subjek dalam hal merepons kedua hal tersebut dapat mengakibatkan kemungkinan-kemungkinan sikap afektif. Dalam hal mencintai atau menginginkan sesuatu hal maka dalam jangka waktu tertentu subjek akan mengalami sebuah usaha (waktu), dalam usaha tersebut subjek akan mengalami sebuah harapan-harapan akan kesenangan dan kegembiraan, keputusasaan dan sebagainya. Demikian juga dengan kebenciaan, subjek akan mengalami keresahan, kecurigaan, ketakutan, kemarahan bahkan semangat yang berkobar.

Hasrat-hasrat jiwa demikianlah para filosof terdahulu mengatakan keadaan-keadaan afektif yang telah dipaparkan diatas. St Aquinas dalam buku Summa teologica bagian kedua, Decrates dalam buku Urayan tentang nafsu-nafsu, Spinoza dalam buku Etika. Para filosof yang disebutkan diatas sangat konsen membahas mengenai kegiatan afektif, secara garis besar nafsu dapat di kelompikan menjadi 2 ; pertama, nafsu yang cenderung mengikat pada hal-hal yang baik (nafsu hasrat), kedua, nafsu yang mempersiapkan untuk bertempur atas apa yang melawannya. Alferd Adler menyebut nafsu bertempur ini sebagai “Dorongan untuk berkuasa” sedangkan nafsu yang cenderung mengikat pada kebaikan disebut oleh Etienne de Greef sebagai “Naluri-naluri Simpati”[3].

Ya, aku sangat beruntung menjadi manusia yang memiliki aka fikiran serta kehendak bebas. Aku yakin dengan kehendak tersebut tidak ada yang bisa mencegah atau menghalanginya apalagi membunuhnya karna kehendak bebas manusia tidak hanya dapat dilakukan dalah bentuk aktualsisasi saja kehendak tersebut dapat dilakukan dalam fikiran. Tak ada yang dapat menghalanginya sekalipun itu Tuhan. Aku dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kehendakku -terlepas dari norma dan hukum yang ada- semuanya dapt dilakukan. Bahkan dalam memilih salah satu kepercayaanpun manusia tidak dapat dipaksa dan di kekang, karna kenapa karna manusia mahluk yang merdeka, bebas tanpa batasan.

[1] Leahi, Louis. Siapakan Manusia, Kanisius Jakarta 2001, hal 107
[2] Ibid. hal 112
[3] Leahi, Louis. Siapakan Manusia, Kanisius Jakarta 2001, hal 111

Siapakah Aku

Ya siapakan aku ? pertanyaan ini terus membayangi setiap detik urat saraf yang ada didalam otakku. Siapakah aku ? aku tidak tau siapa aku sebenarnya, namaku adalah syafiq jawad, itulah nama yang diberikan oleh kedua orang tuaku ketika aku lahir kedunia. ketika namaku Syafiq, lantas siapakah aku seblum aku diberi nama oleh orang tuaku ? manusia, ya manusia tapi siapa itu manusia ? aku merasa aku gila, apakah orang lain juga menanyakan hal ini ? jangan-jangan aku memang orang aneh yang bertanya tentang diri sendiri, tapi aku piker aku akan menjadi lebih aneh lagi kalau aku tidak mencari tau siapa aku sebenarnya dan bagaimana aku bias sayang terhadap diri sendiri kalau aku tidak tau siapa diriku. Aku ingat ada pepatah mengatakan “tak Kenal Maka Tak Sayang” dan itu yang harus aku lakukan, sebelum aku dapat menyayangi diriku sendiri maka aku harus mencari tahu siapa aku ini sebenarnya.

Aku akan coba menelusuri arti dan siapa sebenarnya aku, walaupun aku sudah mencoba mendefinisikannya pada waktu yang telah lalu, tapi aku measa kurang yakin dengan definisi tersebut, definisi itu terlalu sederhana dan mungkin semua orang juga mengetahuinya (aku adalah anak dari kedua orang tuaku, aku adalah mahluk yang diciptakan Tuhan dan aku sebagai anggota masyarakat dalam lingkuanganku). Untuk mengukuhkan kembali apa yang aku yakini maka aku akan mencoba menguraikanya kembali dengan pengetahuan yang seadanya.

Aku Biologis dan Aku Material
Aku memahi aku yang biolologis (material), maka secara otomatis aku akan membutuhkan sesuatu yang bersifat material (sandang, pangan dan papan). Aspek material membutuhkan sesuatu yang bersifat material pula, semua harus senergis dan teratur, maka disini dibutuhkan sebuah pula atau sebuah ritme. Pola atau ritme ini akan melahirkan cara dan gaya dalam bersikap/tingkahlaku.

Sudah menjadi konsekuensi logis bagi manusia yang mempunyai aspek material pasti membutuhkan aspek material pula. Sedikit contoh, manusia dalam mempertahankan hidupnya (keberlangsungan hidup) manusia membutuhkan minum, makan, tempat perlindungan dan lain sebagainya, sudah menjadi keniscayaan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya manusia harus menciptakan alat produksi (mesin produksi) yang akan memfasilitasi dirinya untuk bertahan dan melanjutkan kehidupannya[1].

Dalam formulasi materialisme dialektis, Engels mengatakan bahwa "tangan bukan hanya sebuah organ buruh (alat material) tapi ia juga merupakan produk dari buruh (menciptakan sebuah produk material). "Artinya sejarah manusia berjalan membentuk perubahan atau berevolusi, dan manusia mulai berkarya sehingga merubah dirinya sendiri. Fisik dan pemikiran.

Dengan alat produksi (mesin produksi) manusia dapat menciptakan berbagai macam produk sebagai fasilitas manusia dalam bertahan hidup. Makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal (perlindungan) dan lain sebaginya. Dengan mesin produksi manusia dapat berkreasi dalam menciptakan sebuah produksi, seperti yang kita lihat sekarang, kita ambil contoh sandang, makanan misalnya, banyak sekali ragam dan jenis makanan yang ada dihadapan kita, sea food, fast food serta food-food lainnya yang membuat libido makanan kita naik dan berselera untuk melahapnya. Dalam hal minuman bisa kita lihat berbagi jenis minuman, ada miniman mineral, vitamin, alkohol dan lain sebaginya, dalam hal sandang manusia dapat menciptakan alat dan mesin-mesin produksi, kalaulah dulu kita tahu pakaian dibuat memakai tangan atau alat tenun maka sekarang bisa kita lihat bagaimana beribu-ribu pakaian diproduksi dengan mesin yang mungkin dapat menghasilkan produk lebih banyak dari mesin tenun atau dengan tangan saja dan bahkan kualitasnya bisa lebih baik dari produk tenun, kalu dulu dalam waktu sehari dengan mesin tenun manusia dapat menghasilkan produksi empat atau lima produk maka sekarang dengan mesin manusia dapat menghasilkan beribu-ribu bahkan ratusan ribu dalam satu hari. Demikian juga dalam hal papan (rumah, tempat tinggal dan tempat perlindungan), dengan mesin produksi yang diciptakan, manusia dapat menghasilkan berbagai macam produk dan jenis, kalaulah dulu kita hanya bisa tidur (tinggal) di rumah jerami dan kayu (bilik-bilik) maka sekarang kita bisa tinggal di dalam gedung, apartemen, hotel dan lain sebaginya dengan kasur empuk dan selimut yang tebal, semua itu manusia ciptakan untuk melindungi diri dari berbagaimacam bahaya yang akan membahayakan dirinya. Kalaulah dulu rumah diciptakan untuk melindungi manusia dari ancaman hewan buas atau cuaca (panas dan dingin) maka sekarang rumah diciptakan untuk kenyamanan dan ketenangan.

Manusia, selain dapat menciptakan berbagi macam produksi manusia juga dapat berkreasi dengannya, bisa kita lihat banyak berbagai macam kemasan untuk mengkemas hasil-hasil produksi, ada yang pake plastik, botol atau kap. Dengan kecanggihan teknologi sebagai hasil dari kreasi manusia dia dapat menciptakan semua hal yang dapt menunjang keberlangsungan hidupnya di dunia. Selain bertahan untuk keberlangsungan hidupnya, semuanya manusia ciptakan dalam rangka berkreasi dan mengaktualisasikan diri (bereksistensi).

Kebutuhan sandang pangan dan papan tidak lagi menjadi sebuah kebutuhan untuk bertahan hidup, pada zaman modern sekarang ini, kebutuhan dasar (pokok) untuk menunjang kebutuhan dan bertahan telah beralih fungsi menjadi life stile (gaya hidup). Bisa kita lihat sekarang pada generasi muda yang mengaku dirinya modern dalam berlaga dan bergaya atau akrab kita sebut generasi MTV yang memakai berbagai macam aksesoris baik pakaian bahkan pada tubuhnya, tidak hanya generasi anak muda atau ABG saja gejala tersebut sudah menjamur dikalangan orang tua atau menjelang dewasa mungkin pengkemasan saja yang sedikit berbeda. Gejala life stele atau budaya hedon tersebut sudah menjamur dan menginternalisasi dalam tubuh masyarakat kita akan tetapi mereka tidak sadar bahwa sebenarnya mereka dimanfaatkan oleh kaum kapitalis yang ingin menggaruk materi dan kekuasaan. Hal ini bukan berarti bahwa life stel yang modis abis atau budaya hedon adalah negatif akan tetapi kita harus sadar dengan esensi dari instrumen kebutuhan tersebut, karena kalu kita tidak mengerti dan memahami dengan baik esensi tersebut maka yang akan terjadi adalah gejala ekor-mengekor seperti bebek yang hanya bisa ikut-ikutan dengan stile orang lain yang sebenarnya bertolak belakang dengan budaya, norma dan kurang baik atau kurang menguntungkan bagi kita, yang pasti jangan sampai terjadi kita merasa kurang gaul atau kurang modis ketika kita tidak mengikuti budaya yang ada (budaya MTV, dugem, atau anak-anak gaul lainnya).

Dalam hidup dan mencukupi kebutuhan material membutuhkan sebuah pola (pola hidup). Seperti yang kita tahu sekarang, banyak sekali orang yang menganjurkan atau membuat sebuah pola bagaimana menjalani kehidupan, contohnya pola hidup sehat, dan pada jaman sekarang ini hal tersebut sudah menjadi sarana market atau lahan berbisnis yang marketebel baik dari segi sandang, pangan dan papan.

Sandang merupakan unsur penting pertama dari tiga unsur pokok kebutuhan manusia, sandang tidak lagi menjadi kebutuhan pokok tapi dijaman modern ini dandang sudah menduduki posisi yang urgen dan sangat mendasar. Mungkin pada jaman dulu pada abad-abad sebelumnya sandang (pakaian dan mode) tidak begitu urgen dalam kehidupan. Manusia modern menyadari bahwa dalam kehidupan bermasyarakat stile menjadi sesuatu yang sangat penting, penampilan luar menjadi sesuatu yang bisa dibenggakan dan tonjolkan.

Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda. Mungkin itulah salah satu contoh ungkapan manusia modern yang begitu mementingkan style. Stile bagi manusia modern menjadi susuatu yang sangat penting dalam menunjang kehidupan, kesan pertama menjadi perhitungan dan pertimbangan penentuan bagi langkah selanjutnya, maka dari itu style menjadi sangat penting.

Banyak orang berlomba-lomba dan rela mengorbankan banyak meteri untuk hal demikian, dari mulai mode, sampai aksesoris-aksesoris yang membalut tubuh. Pusat kebugaran dan kecantikan, butik-butik dan distro pakaian banyak berjamuran di dunia modern semua tidak lain dan tidak hanya untuk kepentingan membalut tubuh semata, tapi lebi kearah mode dan life stile, tak jarang pula manusia menciptakan standarisasi-standari. Contohnya, standarisasi kecantika dan ketampanan (sosok ideal ) seseorang, padahal semua itu diciptakan atas dasar kepentingan market maka terciptalah standar-standar yang secara tidak sadar semua orang menyepakatinya. Kalaulah kita ditanya, sosok wanita cantik atau laki-laki ganteng itu seperti apa sih ? maka sepotan kita akan menjawab bahwa wanita cantik itu bertubuh langsing, tinggi, rambutnya panjang, kulitnya putih dan perawakannya sintal serta padat berisi, kalau laki-laki tubuhnya tinggi, atletis (tidak gemuk) berotot, putih dan lain sebaginya. Ketika hal tersebut sudah menjadi standarisasi maka wanita laki-laki yang tidak termasuk kriteria tersebut – katakanlah gemuk atau gendut, kurus, pendek, hidung pesek, hitam – tidak dikatakan cantik atau ganteng. Kalau seperti itu kenyataannya maka bersedihlah orang-orang yang tidak mempunyai uang untuk membayar semua itu, dari mulai membeli alat-alat kecantikan, kebugaran karena seperti yang kita tahu alat-alat seperti itu cukup tinggi harganya sehingga hanya dapat dimiliki oleh orang-orang yang berduit saja, dengan kata lain ”kecantikan dan kegantengan hanya dimiliki oleh orang-orang berduit saja”.

Kubutuhan manusia terhadap unsur materi ternyata tidak hanya berbentuk sandang pangan atau papan semata, manusia juga membutuhkan sesuatu yang dapat membuat dirinya nyaman (kesehatan dan vitalitas tubuh), maka berdasr pada kebutuhan tersebut manusia menciptakan alat (instrumen) untuk menunjang hal tersebut, misalnya salon kecantikan (pedycure, madicure), pijat refleksi, vitnes dan pusat-pusat kebugaran. Dalam hal penampilan saja manusia banyak menciptakan berbagai macam produk perawatan tubuh dari merek A sampai merek Z, baik body skin, body cream, Gell, Sun Dlok dan dan berbagai macam polesan lainnya sampai-sampai manusia menciptakan sebuah operasi untuk memperbaiki anggota tubuh yang katanya kurang Oke. Pemasangan kawat (behel) pada gigi, operasi wajah biar oval, operasi hidung biar mancung dan berbagai macam operasi tubuh yang lainnya, padahal kalau kita menyadari fungsi dasar dari alat tersebut mungkin oprasi-operasi tersebut tidak akan terjadi tapi ini bagi orang-orang yang kurang memprioritaskan penampilan tapi bagi orang-orang yang sangat memprioritaskannya semua akan dia lakukan untuk menunjang penampilannya biar menarik dan Oke dihadapan publik. Semua itu manusia ciptakan karena manusia sadar akan unsur biologis (tubuh fisik) pada dirinya, Rambut, mata, halis, hidung, mulut (wajah), tangan badan, kaki dan lain sebagainya.

Demikianjuga dalam hal pangan (konsumsi makanan) orang banyak menciptakan sebuh menu yang dapat menunjang vitalitas tubuh, semua diperhatikan dan diteliti secara mendetil, dari hal tersebut maka lahir yang dinamakan 4 sehat 5 sempurna. Selain itu, ditengah jaman yang semakin moderen dan teknologi yang mutakhir maka makanan banyak yang dicampur dengan zat-zat tambahan seperti zat pewarna, zat pengawet atau cara pengolahan yang mekanistis, dan hal tersebut yang pada awalnya ingin menunjang pola konsumsi yang sehat mengkibatkan sebuah truble pada pola itu sendiri. Maka dari itu banyak para ahli yang bergerak dibidang tersebut menganjurkan untuk kembali kepada alam (back to nature), pengolahan secara alamiah, tidak memakai zat kimia dan lain sebagainya.

Adapun dalam hal Papan (tempat tinggal, fasilitas dan lain sebaginya) banyak yang melahirkan pola yang pada awal bertujuan untuk menunjang kesejahteraan umat manusia tapi pada kenyatanya semua hanya menjadi sebuah gangguan yang bertentangan dengan pola dan ritme yang telah ada (terlepas dari kepentingan bisnis). Rumah kaca, sarana transportasi dan pabrik-pabrik kimia, yang pada awalnya bertujuan untuk menunjang kesejahteraan dan kenyamanan dalam hidup juatru menjadi sebuah kendala dan penyakit bagi manusia itu sendiri. Kita bisa lihat efek dari rumah kaca, polusi yang diakibatkan asap dari kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik yang menyisakan limbah dimana-mana, semua menjadi halangan dan kendala bagi manusia itu sendiri (disamping menguntungakan). Efek dari rumah kaca dan polusi yang semakin tak terkendali mengakibatkan lapisan ozon yang melindungi bumi menjadi menipis bahkan ada kemungkinan bolong. Selain mengkibatkan cuaca yang semakin panas hal tersebut mengakibatkan berbagai penyakit yang akan diderita oleh manusia itu sendiri (paru-paru, radang, sesak dan kanker).

Penyakit paru-paru, kangker, usus, kangker dan lain sebaginya. Semua merupakan sebuah efek yang disebuat moderenitas yang berdalih pensejahteraan dan penujang kehidupan manusia. Sungguh sangat ironis, paradok dan sangat membingungkan. Tapi itulah yang sekarang terjadi pada dunia sekarang ini, zaman yang katanya moderen, maju sekaligus angkuh. Kenapa angkuh, karena manusa sekarang sudah lupa akan tugas, kodrat dan jati dirinya untuk hidup didunia, manusia lupa akan esensi dari kebutuhan, esensi dari materi dan esesnsi akan hidup. Manusia lupa bahwa alam adalah sahabatnya (manusia hidup di dan dengan alam) maka jangan salahkan alam ketika alam bergejolak dan memuntahkan segala keresahannya dengan bencana-bencana yang ada karena semuanya merupakan sebuah konsekuensi logis yang harus diterima akibat tangan-tangan jahil manusia (kapitalis) yang tidak bertanggung jawab, yang hanya mementingkan kepentingan (nafsu) pribadi dan golongannya.

Manusia merasa menjadi pengusa (raja) atas alam, yang bisa memperlakukan dan mengeksploitasi alam dengan seenak jidatnya, tanpa memperhitungkan konsekwensi jangka panjang yang akan diterima oleh generasi setelahnya,. Maka bohong ketika mereka sayang kepada anak cucunya tapi hutan terus digunduli (ilegaloging penebangan kayu secara liar) dan laut terus eksploitasi secara radikal, lantas apa yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita nanti, ketika alam sudah rusak, air dan udara sudah kotor, hutan sudah gundul dan tanah sudah gersang !

Ya, aku mulai memahami bagimana segala sesuatu harus mempunyai pola, pola yang proporsional. Pola bagaikan sebuah ritme atau irama dalam sebuah lagu, kapan harus minor dankapan harus mayor, kapan harus menekan kunci A atau konci-kunci selanjutnya maka dapat dipastikan lagu yang mengalun akan terdengar sangat indah, baik itu lagu Reggae, Rock, Pop, Hip-Hop, Dangdut, alternatife dan lain sebaginya. Demikian pula hidup, kita harus tahu kapan harus tidur, bangun, berolahraga, makan, beraktifitas dan lain sebaginya. Ketika kita sudah memahami kebutuhan dasar (esensial) yang menjadi pola dan ritme hidup maka kita bisa menjamin vitalitas tubuh material kita. Karna sesuatu yang material harus ditunjang dengan hal yang bersifat material pula. Tapi janganlah lupa, dalam menunjang kebutuhan material tersebut harus tetap memperhatikan norma dan etika kita terhadap lingkungan atau alam yang nantinya tidak mengakibatkan bencana dan kerusan baik untuk diri kita atau untuk alam.



Aku Psikologis
Aku fikir tidak hanya aspek material saja kita harus mempunyai pola dan ritme, dalam aspek psikologis juga demikian, kita harus mempunyai ritme dan irama tersendiri.
Aspek biologis (Materil) dan aspek psikologis (kejiwaan) keduanya saling berkaitan, berjalan beriringan dan tentu keduanya tidak dapat dipisahkan. Memang berbeda, tapi dari sebuah perbedaan akan melahirkan sebuah sinergi yang saling mengisi satu samalin. Seperti kata pepatah ”didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat” begitu juga sebaliknya ”didalam jiwa yang sehat terdapat tubuh yang kuat”.

Walaupun pepatah tersebut terluahat paradok, tapi dapat dipastikan anatara aspek biologis dan kejiwaan keduanya saling melengkapi dan saling mengisi. Memang tidak selamanya dalam tubuh yang sehat itu terdapat sebuah kekuatan jiwa (jiwa yang sehat), begitu juga sebaliknya didalam jiwa yang sehat belum tentu terdapat tubuh yang kuat.

Kalau aku fikir kembali pernyataan dari kedua hal tersebut semua tidak dapat dipastikan secara pasti semua mungkin dan mungkin karna aku meyakini dalam dunia ini tidak ada sesuatu yang pasti (pasti bukan berarti keniscayaan) semua serba mungkin dan mungkin, karena kenapa ? karena manusia merupakan sebuah mahluk yang unik, mahluk yang selalu ada dalam kerentanan (kemungkinan) dan semua dapat terjadi pada manusia. Ada kalanya seseorang yang sehat secara jasmani (tidak berarti mempunyai tubuh yang atletis dan otot yang kekar) terkadang mengalami gangguan kejiwaan dalam dirinya, semuanya dapat dibuktikan secara ilmiah dan itu hanya dapat dilakukan oleh mereka yang mendalami ilmu kejiwaan (psikologi). Demikian pula sebaiknya, banyak juga orang yang secara kejiwaan relatif stabil (sehat) tapi dalam tubuh mengalami gangguan atau sebuah penyakit yang diderita.

Banyak sekali contoh yang bisa di buktikan dari kedua kasus tersebut, misalnya ditengah perkembangan jaman yang begitu modern yang segalanya bertitik terkan pada hal yang berbau materi atau fisik banyak orang yang berani mengeluarkan tidak sedikit dari koceknya untuk mempunyai tubuh atletis dan otot yang kekar atau dengan kata lain tubuh yang perfik, seseorang yang rajin senam, mengikuti latihan kebugaran dan lain sebagainya kemudian ditambah dengan berbagai macam polesan dari mulai pakaian dengan berbagai macam aksesoris dan polesan. Ternyata mereka menemukan sesutu yang kurang dalam dirinya, misalnya sebuah ketenangan dan kebahagiaan dari jiwa, mereka terlihat gusar dan kosong dan akhirnya mengakibatkan gangguan kejiwaan (kelainan) yang akhirnya itu di klem sebagi penyakit kejiwaan. Bahkan banyak yang secara materil sudak tercukupi tapi mereka dihantui dengan perasaan cemas dan ketakutan bahkan ada dalam sebuah kasus mereka bunuh diri.
Hal ini menunjukan bahwa tidak selamanya dalam tubuh yang sehat itu terdapat jiwa yang sehap pula, demikin sebaliknya. Jadi yang harus kita lakukan sekarang adalah bersikap proporsional dan tidak melakukan titik tekan pada salah satu bagian saja, kita harus membuatnya berjalan beriringan sinergis dan saling mengisi.

Adapun dalam hal mentenence aspek psikologis semua harus di seting berdasarkan porsi dan waktu yang tepat, kapan kita harus bermanja-manjaan, kapan harus bersikap hormat, kapat harus tertawa gembira dan kapan kita harus sedih, semua ada waktunya. Terkadang aku sendiri belum bisa melakukannya dan bersikap secara proporsional. Terkadang ditengah keramaian ketika aku berjalan dengan kedua orng tuaku, aku ingin sekali bermanja-manjaan tapi seharusnya aku bersikap hormat dan bersikap baik dihadapan semua orang. Dan terkadang juga ketika suasana hati sedang sedih dan gusang tiba-tiba salah seorang teman mendapatkan sebuah kebahagian atau sedang serius menghadapi sebuah persoalan, terkadang aku susah bersikap karna ini pilihan antara mengikuti suasana hati dan bersikap seperti yang diharapkan teman kita, semua sulit untuk dikendalikan dan lilakukan sesuai konsep. Meskipun aku tau apa yang harus aku lakukan tapi itu benar-benar sulit, dihadapkan pada 2 pilihan. Kalau aku mengikuti suasana hati berarti aku tidak solider dan tidak mampu membahigiakan seorang teman, tapi ketika aku bersikap seperti yang diharapkan maka aku adalah orang membodohi diri sendiri. Tapi yang pasti adalah sebuah pilihan yang bijak ketika kita sanggup membahagiakan orang yang berada didekat kita walaupun itu harus mengobankan diri sendiri.
Demikianlah kita harus mengatur sebuah pola dan irama kehidupan, semua harus di set dan disetel sesuai dengan porsinya agar lagu yang didendangkan dalam kehidupan ini mengalun dengan indah, tak terdengar sebuah nada yang mengganggu telinga. Tapi tak selamanya nada fals itu tidak indah, ada kalanya nada fals dalam kehidupan itu perlu karna manusia tidak selamanya harus melantunkan nada seperti yang telah ditetapkan. Nada fals itu indah tapi tergantuk individu yang menangkapnya.

Aku Spiritul
Nada-nada indah dalam kehidupan dilantuntan, tapi tidak terbatas hanya dalam aspek biologis dan psikologis saja nada tersebut dalap dilantunkan juga oleh nada yang dimiliki oleh aspek spiritual. Jangan kira aspek spiritual tidak mempunyai seni dalam perjalanannya, nada yang dimainkan aspek spiritual justru bisa lebih pareatif dari nada-nada sebelumnya.
Seni dalam ritme sipiritual harus dipahami dengan sebenar-benarnya karna ini menyangkut aspek rohani dan kepercayaan akan sesuatu. Aku tidak akan jauh membahas ini karna aspek ini lebih tepat dibahas pada tataran theologis, tapi tidak ada salahnya kalau kita menyinggung sedikit mengenai ritme dan nada spiritul ini.

Ritme dalam ragu yang didendangkan aspek spiritual ini berdasar pada pemahaman kita tentang kepercayaan itu sendiri. Sebutlah itu Tuhan. Tuhan yang kita yakini dan kita sangat percaya pada segenap kekuasaannya memaksa kita harus tunduk dan patuh pada setip perintah dan larangannya, demikianlah orang banyak memahaminya. Tapi kalau aku fikir kembali seseorang berhak untuk tidak memahami demikian karena semua berdasar pada persepsi masing-masing individu, karna persefsi inilah seseorang akan berjalan dan memainkan ritmenya.

Kalaulah Tuhan dibayangkan sebagai sesuatu yang sangat kuat dan menyeramkan kemudian kita hanya sebagi mahluk yang rendah dan sangat lemah maka yang akan terjadi adah sebuah hirarki dan ritme yang dimainkanpun akan terasa kaku dan rigid, tidak ada kebebasan dan keharmonisan yang sinergis didalamnya. Tapi kalu kita mencoba memahami bahwa Tuhan kita adalah fleksibel (dalam artian peran) maka kita akan menjalankan ritme dengan nada yang pareatif, terkadang kita akan bermain dengan nada tegas (tinggi) atau dengan nada yang sangat rendah sekalipun. Ketika kita memahami demikian maka Tuhan akan menjadi sesuatu yang kita persepsikan, Dia akan menjadi teman kita dalam berdialog dan Curhat, Dia akan menjadi sosok orang tua yang kita bisa bermanja-manjaan dengannya, Dia juga akan bisa menjadi seorang guru atau konsultan yang kita dapat mengadukan sesuatu dan sharing tentang sebuah permasalahn, dan yang pasti Dia juga bisa menjadi Tuhan yang sebenarnya yang akan kita sembah sebagaimana seorang hamba yang menyembah Rajanya (tuannya).
Sungguh akan berpareasi ketika kita menganggap Tuhan sebagai sesuatu yang fleksibel, tidak kaku dan rigid apalagi sebagai sosok yang sangat menakutkan.

Ya, mungkin demikin pola, ritme dan irama dalam setiap aspek dalam diri manusia, semua harus berjalan beriringan sesuai dengan porsi dan kebutuhan. Aspek biologis, psikologis dan spiritual, semua harus dijaga supaya seimbang, tidak ada ketimpangan didalamnya karna suanya merupakan sebuah kesatuan yaitu manusia, diri kita dan Aku.

Ya, itulah aku, berarti dengan ini pertanyaan siapa aku sedikit sudah terjawab, yakni aku yang mempunyai aspek biologis (materil), spiritual dan psikologis, kemudian aku yang mempunyai berbagaimacam peran yang harus aku mainkan dalam menjalani opera atau sandiwara kehidupan didunia.

Akhirnya ada juga udara segar kebebasan yang bisa aku hirup dari sesaknya udara kebingungan, tapi masih ada pertanyaan yang belum bisa aku jawab yakni apakah aku ini ?. tapi sepertinya aku belum bisa menjawabnya malam ini, karna selain waktu hampir menjelang pagi dengan terdengarnya suara kokokan ayam yang memecah heningnya malam ini, aku juga masih belum mendapat gambaran jawaban atas pertanyaan tersebut. Akhirnya aku memutuskan untuk menghentikan aktifitas berfikirku dengan beristirahat karna pada esok hari aku harus bersiap untuk menjalankan aktifitas serta rutinitas seperti biasanya.

[1] Leahi, Louis. Siapakan Manusia, Kanisius Jakarta 2001, hal, 62.

Aku Berfikir

Apakah kamu pernah merasakan kegelisahan ? ya, semua orang pasti pernah merasakan kegelisahan, kegelisahan tentang apapun, termasuk gelisah akan dirinya sendiri, kegelisahan akan eksistensi dan tentang diri. Diri, apakah itu diri, orang lebih menganal diri adalah aku, ya Aku, kegelisahan akan diri dan Aku. Sangat sederhana, kata tersebut sering meluncur ketika seseorang mengungkapkan tentang dirinya, tapi siapakah aku ? belum tentu semua orang belum mengetahuinya, termasuk saya. Terkadang saya suka takut ketika menyebutkan kata ”Aku”, kata tersebut terus mengiang dalam gendang telinga, Sampai sekarang kata itu sering melintas dan mengisi urat saraf dalam otak kesadaranku. ”Aku” ya, kata yang membuat malam terasa panjang, kata yang membuatku sering teridiam untuk memikirkannya, dan kata yang membuat aku tersentak menembus alam kesadaran.

Hampir saja kata ini membuat aku setengah gila sampai-sampai aku tak mau mendengar kata tersebut bahkan aku pun merasa takut kata ini meluncur dari mulutku sendiri. Gara-gara kata ini aku sering dianggap aneh oleh orang-orang disekitarku bahkan aku dianggap sedikit kurang waras karena terus menerus menanyakan kata ini. Siapakah Aku dan apakah Aku ?. Aku bertanya bukan karna aku benar-benar tidak mengetahui jawabannya anak tetapi aku menanyakan kata tersebut karena sampai saat ini belum ada jawaban yang mendalam dan mendasar sehingga membuat aku puas maka aku memutuskan untuk bertanya pada diri sendiri, tentunya dengant metode dan analisa yang aku punya meskipun sangat sederhana.

Pada malam hari ketika suasana mulai hening dan sunyi, aku mencoba beranjak dari tempat tidurku, satu hari dua hari dan begitu seterusnya sampai sampai akupun merasa aneh dengan kelakuanku itu, yang mencoba menjawab pertanyaan yang semestinya tidak ditanyakan, bahkan orang bodoh sekalipun tidak pernah menanyakannya. Tapi aku kembali berfikir dan berapologi, yang benar saja, ya iyalah orang bodoh tidak akan pernah menanyakan hal ini, karna mereka tidak tau, mungkin intrlektulitas mereka belum sampai pada pertanyaan tersebut, pertanyaan yang membutuhkan sebuah analisa yang sangat dan akut. Berdasar pada hal tersebut aku mencoba bertanya dan menjawabnya meskipun aku tau itu tidak akan membuatku puas, tapi apa salahnya kalu dicoba, toh tidak akan berdosa ketika aku berusaha untuk menjawabnya.

Aku yakin ini adalah fase dnimana semua orang pernah mengalaminya, ya fase keresahan jiwa, demna seseorang mulai resah dengan apa yang terjadi dengan dirinya baik itu mempertanyakan tentang keadaan dirinya atau potensi dan kekuranannya, dengan kata lain fase ini disebut fase pencarian jati diri. Dan aku baru sadar fase ini merupakan masa transisi kedewasaan berfikir, ketika aku salah dalam memilih jalan berfikir maku selamanya aku akan terjerumus dan tersesat, karna sebuah pandangan hidup akan menginternalisasi dan mengkristal dalam diri dan mungkin ini yang disebut watak.

Dengan perangkat yang sudah aku siapkan, yakni segelas kopi panas yang aga sedikit pahit dan beberapa batang rokok, malam ini aku putuskan untuk bergadang. Aku beranjak dari tempat tidur dan kemudian bergerak menuju kursi yang berada di luar rumah. Malam itu terasa begitu dingin dan senyap yang terdengar hanya suara kodok, jangkrik dan lolongan anjing yang saling bersautan. Sambil bersandar pada kursi sejenak aku coba untuk menutup mataku dan mulai berfikir, tapi tanpa sadar anganku melayang entah kemana, fikiran itu mengajak aku melayang dan berkelana di alam antah berantah, kadang memikirkan keluarga, saudara-saudaraku, teman-temanku dan pikiran-pikiran lain yang sempat hinggap dan tertangkap oleh alam kesadaranku. Setelah anganku melayang menembus negri antah berantah itu maka ia kembali dan mulai dihinggapi oleh sebuah kata yang sampai sekarang belum terjawab, siapakah aku dan apa aku ?

Aku coba berusaha menenangkan fikiranku dengan menghisap kembali rokok dan menegak kembali kopi pahitku, setelah itu aku teringat dengan T Shirt yang aku ambil dari kakaku. Akupun beranjak dan mengambilnya kemudian duduk kembali pada tempat semula sambil memegang kaos tersebut dan membaca tulisannya secara perlahan, ” I Like Who I am”, ya aku suka siapa diriku, mungkin kurang lebih demikianlah artinya, tapi sesaat aku terhenyak kembali dengan pertanyaan yang secara mendadak muncul dalam fikiranku ”bagaimana aku bisa suka siapa diriku ketika aku tidak tahu siapa aku sebenarnya”. Aku kembali berfikir mencoba mendefinisikan kata tersebut.

Sebenarnya aku kurang suka dengan pendefinisian karna menurutku itu sebuah pengekangan cara berfikir, mengkotak-kotakan dan terlalu memilahmilah dan membeda-bedakan. Tapi akhirnya aku menyadari bahwa hanya dengan definisilah kita bisa tahu mana batasan dan arahan yang akan dicapai dan dituju, setidaknya itu kegunaan yang aku tahu.

Aku, aku adalah anak dari kedua orang tuaku, aku adalah anak ke delapan dari sepuluh bersaudara, aku adalah adik dari ketujuh kakak-ku dan kakak dari kedua adik-ku. Aku adalah seorang manusia yang memiliki kepala, badan, tangan, kaki, mata, telinga, mulut, hidung dan angota tubuh yang lainnya, aku yang yang membutuhkan makan, minum, pakaian, tempat tinggal, perlindungan serta alat material lainnya. Aku adalah seorang hamba (khalifah di bumi) dari Tuhan dan agama yang aku percayai. Aku adalah seorang pelajar yang belajar di sekolah swasta disatu daerah. Dan aku adalah makluk sosial yang berinteraksi dengan masyarakat dilingkunganku. Aku adalah seseorang yang membutuhkan cinta dan kasih sayang dari orang di sekitarku, yang mempunyai rasa benci, senang, sedih dan lain sebaginya. Ya, itulah aku.

Tapi dari semua definisi diatas, semua orang juga mengetahuinya lagi pula itu sudah biasa diucapkan dan gak perlu ditanyakan kembali. Definisi-definisi yang aku sebutkan tadi seakan membuat aku tersentak karena dri sana aku bisa tahu pernah sebenarnya dalam hidup, tapi tetap saja aku belum merasakan kepuasan karna semua terkesan begitu standar dan serupa dengan yang lain, aku meyakini ada sesuatu yang lebuh mendasat dari itu semua. Dari sini aku berfikir pasti ada sesuatu yang lebih mendasar dari kategori dan definisi-definisi yang aku sebutkan tadi, tapi apa ?.

Aku mencoba menganalisa kata dari definisi-definisi diatas dan kemudian mengklasifikasikannya. Pertama, Aku sebagai seorang anak dari kedua orang tua yang mempunyai postur fisik berarti aku yang mempunyai unsur biologis atau materi, Kedua aku sebagi hamba dari Tuhan dan memeluk satu agama berarti aku yang memiliki aspek Spiritual, dan Ketiga aku yang memiliki rasa kasih sayang dan cinta serta ingin dicintai dan disayangi oleh orang disekitarku berarti aku yang memiliki aspek Psikologis. Sedangkan aku sebagai seorang kaka merangkap sebagi seorang adik kemudian sebagai seorang pelajar dan yang lainnya berarti aku disini adalah aku yang meiliki peran, peran yang aku mainkan dalam situasi dan kondisi tertentu. Ya, ketika aku berada di rumah berarti aku harus berperan sebagi seorang anak yang bisa bermanja-manjaan dan lain sebaginya, ketika aku sedang berkumpul dengan kakak-kakaku berarti aku harus berperan sebagai seorang adik, ketika aku sedang berada dengan kedua adikku berarti aku harus berperan sebagi seorang kakak yang harus mengayomi dan melindungi mereka, dan ketika aku berada di di sekolah atau didalam lingkungan masyarakat berarti aku harus menjadi seorang pelajar yang baik dan menjadi anggota masyarakat yang baik serta bersikap seperti seorang pelajar yang terpelajar. Maka ada benarnya apa yang dikatakan orang bahwa dunia ini adalah panggung sandiwara, dimana kita dituntut harus memainkan peran kita masing-masing, tapi aku fikir dalam sandiwara ini tidak ada sutradara yang bisa menghakimi sesuka dia ketika kita melakukan sebuah kesalahan.

Aku heran dengan peran-peran tersebut, mengapa peran yang harus kita mainkan banyak sekali, kadang kita harus begini, harus menjadi seperti ini dan seperti itu, aku fikir itu adalah kemunafikan. Apa benar aku ini adalah seorang yang munafik yang tidak mempunyai pendirian dan harus memainkan banyak peran yang berbeda-beda, atau lebih halusnya aku adalah seorang yang labil yang tidak mempunyai prinsip sebagai pegangan !. serntak aku tersadar kembali dan berfikir, kalau keadaannya seperti itu peran yang aku mainkan sampai sekarang adalah topeng, ya, manusia semua memakai topeng sebagai peran dalam hidup dan aku memahami kita mempunyai banyak topeng bahkan 1000 topeng kita pakai. Topeng yang kita pakai dari ”a” sampai ”z” adalah topeng dari peran yang harus kita mainkan, jadi dari ”A” sampai ”Z” itu adalah kita sendiri dan itu bukan berarti bahwa kita labil yang tidak mempunyai sebuah prinsip dan munafik, karna aku meyakini itu merupakan sebuah fleksibilitas dalam hidup. Aku yakin bahwa hidup ini tidak rijid dan kaku semua mempunyai titik temu yang bisa ditarik kekanan dan kekiri seiring perubahan yang terjadi tapi tidak melupakan pedoman/prinsp yang menjadi pegangan dalam hidup termasuk norma dan nilai-nilai Universal.
Memang dalam menghadapi kehidupan mau tidak mau dibutuhkan banyak peran, tapi tentunya semua tidak harus berbenturan antara satu dengan yang lainnya, karna semua dapat saling melengkapi dan sinergis. Hidup dengan berbagai macam peran memang tidak mudah, terkadang kita suka terkecoh dengan situasi dan kondisi yang sedang kita hadapi dan terkadang kita suka bersikap tidak sesuai porsi, porsi yang dimaksud adalah sikap yang sesuai dengan situasi yakni sikap yang proporsional (proporsionalisme), contoh mudahnya adalah bagaimana kita bisa berperan sebagai karyawan di dalam sebuah kantor dan menjadi seorang anggota masyarakat ditengah-tengah masyarakat, jangan sampai ketika kita hidup dalam lingkungan masyarakat kita masih tetap membawa lebel atau jabatan yang disandang dalam sebuah perusahan atau pekerjaan.

Berbicara tentang konsep memang sangatlah mudah akan tetapi ketika berbicara dalam tataran taktis sangat sulit untuk dilaksanakan. Untuk dapat mengaplikasikan sesuatu maka kita harus dapat bersikap radikal, radikal disini bukan berarti yang dipahami khalayak banyak sekarang, akan tetapi Radikal dalam arti yang sebenarnya. Radikal dalam arti yang sebenarnya ialah berasal dari bahasa yunani yang berarti mendasar dan berakar, jadi ketika sebuah konsep akan diaplikasikan tentunya kita harus mengetahui arti dan maksud secara mendasar.

Pagi harinya aku merasa mataku sulit untuk dibuka sedangkan alarm dari jam wekerku terus berbunyi dengan nyaring seakan akan menusuk-nusuk gendang telinga ini. Karna jam weker itu berada jauh dari tempat tidurku maka akupum terpaksa harus bangun dan menjangkaunya untuk dimatikan. Setelah kaki dan badan ini aku gerakan ternyata mata ini enggan untuk dipejamkan kembali, maka aku putuskan untuk bergegas mandi. Setelah selesai membersihkan badan aku coba untuk membuka tirai jendela kamarku, tapi kayaknya matahari pagi ini kurang begitu bersahabat, sinarnya seakan menusuk mataku perih sekali, apa ini efek dari begadang ? tapi apa daya aku paksasakan juga mata ini supaya terus terjaga karena hari ini aktifitasku lumayan padat.

Setelah beberapa jam aku melaksanakan aktifitasku, aku merasakan sesuatu yang aneh dalam diriku dan itu cukup berpengaruh pada kosentrasiku untuk melakukan sebuah aktifitas. Entah perasaan apa yang terus menghantui diri perasaan ini seakan memaksa aku untuk berlari meninggalkan segenap rutinitas pekerjaanku sehari-hari, entah ini kejenuhan, kurang stamina, atau mungkin kekurangan vitamin karena banyaknya aktifitasku dalam bergadang. Tapi yang pasti perasaan ini membuat aku terasa hampa, kosong dan bahkan aku merasakan tidak ada sesuatu yang mengisi diri ini, seperti halnya gelas kosong yang kehilangan airnya karna telah diminum atau bahkan bagaikan sebuah rumah besar yang kumplit dengan segala perabotannya yang mewah tapi tidak ada penghuni didalamnya layaknya rumah tanpa tuan yang ada hanya keheningan dan kehampaan. Aku gelisah karna ada sesuatu yang memaksa aku untuk lari dan terus berlari, aku dipaksa untuk berteriak dan dipaksa untuk memikul sebuah beban yang sangat berat, berat sekali. Entah apa itu, yang pasti perasan itu membuatku tidak nyaman untuk terus berdiam diri apalagi tetap diam dan terjebak dengan berbagai macam rutinitas.
Karna perasaan ini terus membawaku untuk lari kepada sesuatu yang tidak aku mengerti dan terus memenuhi otakku untuk memberontak pada rutinitas keseharianku maka aku putus untuk pulang dan beristirahat dirumah. Di atas kasurku yang sederhana itu, sebelum mataku terpejam aku berusaha memikirkan kejadian tadi yang terus membuatku gelisah dan merasa ada dalam kehampaan, tapi setelah beberapakali aku mencobanya ternyata tidak juga berhasil sampai-sampai anganku terus melayang dan membawaku kealam mimpi.

Tidakterasa ketika mata ini terbuka ternyata hari sudah merganti dengan malam. Setelah membersihkan badan aku merebahkan badanku di atas shofa sambil mengarahkan wajah ke Televisi yang berada tepat didepanku tapi telingaku tetap dijejali dengan air phon dari i pod. Aku mendengar suara tanpa gmbar dan aku melihat gambar tampa bersuara, semua seperti mimpi buruk tapi mimpi yang membingungkan dan terus bersemayam dalam ranah kesadaran. Malam semakin beranjak sepi, hiruk pikuk jalanan kini terasa hening. Anganku kembali melayang pada apa yang terjadi padaku siang tadi, sebuah kejadian yang membuatku terasa kering dan hampa maka dengan sekejap munculah pertanyaan yang sampai saat ini aku masih merasa bingung dan gusar. Apakah aku ini ?. sesekali kupikir pertanyaan tersebut mungkin ada sebuah hubungan & korelasi dengan apa yang terjadi padaku sing tadi, ya, tentang kehampaan, kekosongan dan kegelisahan. Jadi sebelum aku memikirkan tentang Apakah aku ini sebenarnya, maka pertanyaan itu harus aku mulai dengan pertanyaan tentang kehampaan, kekosongan dan kegelisahan, yakni pertanyaan tentang Ada dan ketiadaan.

Aku dan apa yang ada dalam diriku

AKU DAN APA YANG ADA DALAM DIRIKU

Tanggal Dua Puluh Tujuh
Lahir pada tanggal dua puluh tujuh menunjukkan seseorang yang tertarik dengan kekayaan materi dibandingkan dengan orang yang lahir dengan tanggal kelipatan 9 lainnya (tanggal 9 dan 18). Orang 27 memiliki ikatan pernikahan yang kuat walaupun pengalamannya mungkin mengecewakan. Anda adalah pemimpin yang kuat, agak tekun, terkadang aneh dan tidak puas dengan kedudukan sebagai bawahan. Anda juga tidak suka bertanggung jawab terhadap tindakan Anda. Trampil dalam berbagai hal dan artistik, Anda juga memiliki bakat literatur dan bisa menjadi jurnalis, penulis, dosen atau guru. Anda bergairah dalam kasih sayang tetapi cenderung berlebihan. Keagamaan Anda lebih condong ke nilai-nilai religius Timur dan jauh dari ortodoks.

Watak
- Senang berkhayal- Kalau sudah marah, kata-katanya tajam- Tidak mempunyai pendirian tetap- Senang dipuji- Suka menolong pada sesama- Pandai bicara dan berotak cerdas- Agak pemalas

Kerbau: 01.00 - 02.59
Kerbau melambangkan kemakmuran lewat keuletan dan kerja keras. Orang yang lahir di bawah shio ini dapat diandalkan, dan bersifat tenang dan metodis. Mereka sabar dan pekerja keras, pula berpegang terus pada hal-hal rutin yang sudah menjadi tradisi umum. Meskipun ia biasanya memperlakukan orang lain secara adil dan merupakan pendengar yang baik, adakalanya sulit buat merubah pendapatnya sebab ia keras kepala dan kerap memiliki prasangka kuat.
Namun, karena karakternya yang mantap, orang bershio Kerbau dipercaya untuk memegang jabatan tinggi yang membutuhkan tanggungjawab. Dalam hal memenuhi kewajiban, prestasinya tak akan mengecewakan. Namun, ia perlu berhati-hati supaya jangan mudah terbawa sikap yang terlampau serius.
Di balik penampilannya yang bersahaja tetapi rapi, Kerbau berakal tajam dan berhati tetap. Kecerdasan dan kecakapannya tersembunyi di balik sifat pendiamnya dan sikapnya yang tidak memperlihatkan banyak perasaan. Tapi meski pada dasarnya ia seorang introvert, wataknya yang kuat dapat mengubahnya menjadi pembicara yang fasih dan bernada memerintah, begitu keadaan menuntut demikian. Pada waktu kekacauan timbul, pendiriannya yang kuat dan rasa percaya dirinya yang besar dapat membuat situasinya tertib kembali. Ia mampu tetap berjalan dengan kepala tegak.
Orang yang lahir di bawah shio ini sitematis. Ia patuh terhadap pola-pola yang sudah mapan dan rasa penghargaannya terhadap tradisi besar sekali. Pada dasarnya, ia cenderung buat melakukan apa yang diharapkan dari dirinya. Bahkan pribadinya sedemikian dapat ditebak, hingga orang kerap mengkritiknya sebagai pribadi yang kurang berimajinasi. Namun Kerbau yang mengerti kewajiban tahu, bahwa sukses yang langgeng hanya dapat dicapai dengan mengerjakan segala sesuatu menurut cara yang benar. Pikirannya tidak menerawang ke mana-mana. Anda tak bakal melihatnya mengatasi kemelut dalam hidupnya hanya dengan menunggu sampai nasib merubah keadaannya. Kalau orang bershio lain mencapainya lewat tipu muslihat dan akal bulus, maka orang bershio Kerbau mencapainya lewat kegigihan dan dedikasinya yang luar biasa.
Waspadalah terhadap batas kesabaran Kerbau, karena bila ia sampai naik darah, ia patut diperhitungkan. Tak ada lagi pertimbangan dalam dirinya: ia akan bertindak bagai banteng dan menyerang setiap orang yang berdiri di depannya. Satu-satunya cara adalah menyingkir sampai amarahnya reda kembali. Pendek kata, ia jarang meledak kecuali kalau situasinya tak tertahankan lagi olehnya.
Kerbau dapat bersikap sangat polos kalau sudah menyangkut soal asmara. Ia tak dapat sepenuhnya memahami rayuan cinta dan tidak pandai pula mengembangkan strategi membujuk dan daya pikat lainnya buat membangkitkan perasaan kekasihnya. Jangan berharap lirik-lirik puisi dan kata-kata romantis dari mulutnya, karena ia tak punya ramuan yang tepat bagi hal-hal semacam ini. Hadiah yang diberikannya pun bakal bersifat seperti ia sendiri: bersahaja, namun langgeng.

Air
Mereka yang lahir pada tahun yang didominasi unsur Air mempunyai kemampuan besar untuk berkomunikasi dan melaksanakan ide-ide mereka justru dengan mempengaruhi orang lain untuk mewujudkannya. Pada dasarnya, mereka dikendalikan oleh perasaan dan akan mengekspresikannya sesuai dengan tingkatan yang dimungkinkan oleh shio mereka.
Mereka berbakat dalam menentukan hal-hal yang akan menjadi penting dan mampu mengukur potensi-potensi masa depan dengan tepat. Mereka mencapai keinginannya dengan menunjukkan dan memanfaatkan bakat serta kemampuan orang lain. Meskipun demikian, pendekatan mereka tidak pernah membuat orang lain merasa telah dimanfaatkan. Sama seperti unsurnya, Air, mereka menyingkirkan penghalang terbesar dengan tenang disertai usaha yang terus-menerus. Mereka berbakat dalam membuat orang menginginkan apa yang ingin mereka capai -- dengan kata lain, mendorong daripada memaksa orang untuk melakukan suatu tindakan.
Karena naluri mereka yang peka terhadap perasaan orang dan suasana lingkungan, mereka berubah-ubah seperti unsur yang mewakilinya. Salah satu sisi negatif adalah terlalu mudah terbawa lingkungan atau cenderung untuk memilih jalan termudah. Ciri terburuk mereka adalah dapat bersikap labil dan pasif atau terlalu menggantungkan diri pada orang lain. Agar dapat berhasil, mereka harus bersikap lebih meyakinkan dan menggunakan kemampuan persuasif mereka yang besar untuk mewujudkan ide-ide mereka. Orang lain semestinya bersedia mengikuti intuisi mereka.

Leo – Singa
(23 Juli - 23 Agustus)
Suka Memimpin, Dermawan Dan Murah Hati, Penuh Gaya, Aristokratik, Congkak, Percaya Diri Tinggi
Nomor Keberuntungan : 6, 14, 19, 26, 39, 42
Aroma Keberuntungan : Jahe, Jeruk Nipis, Jeruk, Rempah-Rempah
Planet Yang Mengitari : Matahari
Bunga Keberuntungan : Bunga Matahari, Mawar Merah, Bunga Apiun
Warna Keberuntungan : Merah Bata

Warna MerahKamu termasuk tipe yang sangat berwibawa dan juga senang mengayomi teman yang lemah. Walau sering kali bergaul dan bercanda tapi kamu bisa menahan diri. Banyak orang mengatakan cinta, tapi kamu selalu berpikir dan berpikir lagi. Kamu termasuk tipe yang sulit jatuh cinta.

Batu Keberuntungan : Berlian
Elemen Keberuntungan : Api
Pasangan Serasi : Aguarius
Leo adalah anggota kerajaan segala zodiak. Mereka bermartabat tinggi dan sangat dramatis, mereka sangat gagah dan penuh warna, dan suka menjadi pusat perhatian. Mereka bekerja giat di dalam susunan organisasi dan pandai membagi tugas. Rencana mereka jarang terdengar namun selalu menakjubkan. Mereka penuh percaya diri dan terus terang dalam menyatakan apa yang mereka rasakan, namun terkadang mereka mudah sekali marah. Mereka memiliki keberanian dan tidak pernah berbuat curang. Leo mempunyai pembawaan diri yang mengagumkan sehingga menarik perhatian banyak orang. Orang leo sangat terbuka, sulit bagi mereka menyembunyikan perasaan dan diri mereka sendiri. Mereka pandai beradaptasi dan perhatian pada segala hal. Mereka dilahirkan untuk menjadi pemimpin dan akan sangat kecewa bila mereka tidak memiliki kekuasaan untuk mendelegasikan tugasnya. Mereka suka hidup seperti layaknya anggota kerajaan dan bersedia melakukan apa saja yang dibutuhkan untuk mendapatkan gaya hidup yang diinginkannya. Mereka tahu apa yang harus mereka lakukan untuk membujuk orang disekitarnya melakukan apa yang diinginkan. Leo suka melakukan perbuatan yang besar dan terkenal dengan kedermawanannya. Mereka tidak pernah mundur dari suatu pertempuran dan selalu membela hak mereka dan kepercayaan mereka.

Asmara para Leo
Leo selalu membanggakan dirinya sebagai pecinta yang hangat. Prilaku mereka nampak dengan sikapnya yang sombong dan sok kuasa tetapi sifat inilah yang membuat mereka menjadi sangat terkenal di dalam hal bercinta. Mereka tidak suka pasangan yang melebihi dirinya. Leo cenderung dermawan, pandai beradaptasi dan penuh perhatian. Mereka selalu menyenangkan pasangannya sehingga pasangannya selalu senang berada di dekatnya. Leo juga mudah cemburu bila pasangannya lebih memperhatikan orang lain daripada dirinya.

Sabtu Kliwon
Justru orang seperti ini yang anda perlukan di pesta anda berikutnya, karena mereka begitu ramah, sopan, dan mudah terkesan, sehingga mereka dengan mudah membuat orang lain merasa betah di rumah anda. Mereka juga pintar mengucapkan kata-kata yang menyenangkan. Bahkan, mereka yang terlahir pada hari Sabtu Kliwon termasuk salah satu kalangan yang memiliki bakat alamiah dalam berbicara dan menulis jika mereka memilihnya sebagai pekerjaan. Mereka cenderung memperlakukan semua orang dengan baik, bahkan musuh mereka sendiri! Mereka tidak dikenal sebagai orang tegar yang berpegang pada pendiriannya. Akan sangat berguna jika mereka mau mengembangkan sedikit keberanian dan ketegasan, karena kelompok ini cenderung sangat mudah menyerah pada rintangan pertama. Mereka biasanya memperhitungkan dengan cermat segala tindakan yang akan mereka ambil. Dengan demikian muncullah pertanyaan: mengapa mereka sangat mudah terkecoh oleh penampilan seseorang atau sesuatu ? Mereka adalah pelanggan impian para pedagang.